Tuesday 30 June 2015

Euforia Dalam Diam

Beberapa hari ini rasa rindumu makin menjadi-jadi.
Entahlah apa yang membuatmu menyukainya.
Lebih dari rasa suka
Kamu selalu berpikir dan mencari cara agar bisa bertemu dengannya.
Tak ada.
Tak ada cara selain jujur mengakui jika kamu ingin bertemu.
Apakah ini pertanda kebodohanmu yang lain menyukai dan menginginkan seseorang sedemikian rupa tanpa alasan yang jelas?

Saat seperti ini semua terasa menyebalkan bagimu
Tak tahu apa yang harus dilakukan
Semangat pun ikut terbang entah ke mana.
Tulisanmu kosong.
Membaca, tak bersemangat.
Menonton, merasa semua film tak menarik
Bahkan mendengar lagu yang biasanya bisa membuat merasa baikan pun tak berhasil. Kamu seketika merasa bosan dengan lagu apapun.

Mencoba menenangkan diri.
Memikirkan awal mula resah yang tak sepantasnya ada
Tapi resiko kamar menghadap ke jalan adalah bising yang tak pernah usai.
Lalu akhirnya dirimu memutuskan tetap memakai earphone meski musiknya tak dinyalakan
takjub, dirimu malah dengar suara suara yang belum pernah kamu dengar dan sadari sebelumnya.

Dirimu mendengar rusuhnya bunyi napas yang dihirup dan dihembuskan
Mendengar jantungmu sendiri berdetak lebih jelas.
Mulai menemukan keheningan dan menikmatinya dengan caramu sendiri
Perlahan mendengarkan musik yang dihasilkan dari detak jantung sendiri.
Lalu merasa ruangan kamarmu hampa udara dan jantungmu...detaknya menjadi makin cepat dan riuh hingga kamu merasa sesak lalu mencoba menyadarkan diri
Semua keramaian di dalam hati dan kepalamu itu terjadi ketika memikirkan tentangnya dan kebodohan manis yang akan terjadi jika kalian bersama saat ini.

Kamu sadar.
Ini semakin berbahaya.
Jika dengan hanya mengingatnya saja kamu sudah sesak napas dan jantung berdegup makin kencang, berarti kalian tak bisa bertemu.
Berarti kamu tak boleh berusaha untuk lebih mengenalnya dan membuat semuanya menjadi nyata.
Bukankah kamu pernah membaca jika kamu merasakan hal seperti itu pada laki-laki maka jangan memilihnya. Karena jelas kamu akan melakukan apapun untuknya meskipun tidak mendapatkan hal yang sama darinya.
Walau bertemu itu akan membuatmu bahagia, bisa saja kamu akan mati lebih cepat juga  karenanya.
Karena jantungmu tak akan bisa menahan euforia kebersamaan dengannya.
Tak bisa, sayang.
Belajarlah melupakan.

*Lalu jangan tanyakan kenapa aku tak berusaha memberi tanda padamu
Aku tak mampu meraih dan harus melepaskanmu setelahnya
Aku tak sekuat yang kamu kira
Mendekatimu artinya mati
Bertahan di sini mati perlahan-lahan
Aku pengecut.
Memilih mencintaimu dalam diam.
Di sini
Aku memperhatikan dan mendoakan segala kebaikan untukmu.
Di sini
Aku belajar bahagia melihatmu tertawa dan baik-baik saja.* (Tuliskan ini untuknya.)

30 Juni 2015
(L)

No comments: