Sunday 15 September 2013

Pernah kubaca, "satu kebahagiaan harus dikorbankan saat mengejar kebahagiaan yang lain."

Bisa bertemu dan berkumpul lagi, harusnya tak sia-sia namun kesenangan itu terlewatkan.
Tapi apa itu benar-benar kebahagiaan yang telah aku korbankan?
Apa itu juga benar pengorbanan?
Atau jangan-jangan kebahagiaan itu memang bukan untukku (lagi)
Dan yang kusebut pengorbanan hanyalah bentuk lain dari ego?

Maaf.. Aku tak datang,
Bukan karena tak sayang
Aku tak hilang, kalian tak lekang,
Bersama kita memintal ingatan jadi kenangan.
Harapan yang tak sempat disampaikan, kelak akan ditunaikan.
Walau tak bertemu, jabat tangan dan tatapan mata ketika bertemu masih selalu hangat.
Karena saudara adalah yang menyebut nama kita dalam kebaikan dan doa meskipun jauh.
Karena rumah selalu jadi tempat paling nyaman, tempat rindu-rindu dikumpulkan.


Selamat ulang tahun buah hati pertama NBC Palembang; NBC Unsri.
Selamat berbahagia, tumbuh menjadi besar dan teruslah melangkah, tinggalkan jejak manis di tiap pijakan.
Aku bangga menjadi bagiannya.

Banyak cinta,
Untuk teman-teman menulis di NBC Unsri yang 16 September esok genap satu tahun.

L, 15 September 2013
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday 16 August 2013

Selamat ulang tahun, Pa.
Aku menyayangimu sungguh.
Banyak doa kupanjatkan, agar engkau sehat dan dimurahkan rejekinya hingga Aku punya banyak kesempatan untuk membahagiakanmu.

Love you as always.
L - 150813
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday 23 July 2013

Apa yang lebih penting?

Apa yang lebih penting selain komunikasi yang baik dalam suatu hubungan?

Apa yang lebih meyakinkan selain kepercayaan yang didapat bukan karena diminta?


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday 7 May 2013

#PuisiHore2 ~ Ini Cinta, Bukan lainnya

Kau adalah titik
Aku tinta yang mencari jalan menujumu
Tersesat
Berputar-putar
Antara satu plot dan plot lainnya
Sibuk dengan koma, imbuhan, akhiran dan tanda baca lainnya.
Aku tanpamu, adalah kisah yang tak bisa usai.

Setelah Kau ada
Jarak antara rentang dua tanganmu
Kerap kusebut rumah
Segala tentangmu candu
Namamu, rumah kaca tempat menyemai bibit rindu
Aku menyambangimu,
namun ruang yang kau diami terlalu penuh
Aku masih menunggu
Meski terlunta di ruang tunggu.




YPS, 7 Mei 2013

Sent from BlackBerry® on 3

Wednesday 30 January 2013

Apa Rasanya Dua Kali Jadi yang Kedua?

Apa rasanya menjadi yang pertama?
Adalah pertanyaan yang tak akan pernah bisa dijawab oleh perempuan sepertimu.

Apa rasanya dikenalkan sebagai kekasih atau calon istri, pada keluarga dan sahabatnya dengan nada bangga, mungkin juga tak akan bisa Kau jabarkan kebahagiaannya.
Kau tak akan bisa menjawab hal-hal yang tak pernah Kau rasakan, tak pernah bisa Kau alami dan sepertinya tak akan ada kesempatan lain lagi.

Apa rasanya memakai pakaian bekasku?
Menyiapkan makan malam di dapur hasil sentuhan tanganku dan menggunakan perabotan yang semuanya pilihanku?
Apa kau juga kagum dengan isi lemari pakaian lelaki yang menyimpanmu?
Kemeja, celana panjang, dasi, kaos kaki bahkan pakaian dalam yang sering Kau pasang dan lepaskan dari tubuhnya, itu juga pilihanku.
Apa Kau suka ketika tangannya menyentuhmu? Tangan yang sama ia gunakan untuk menahan kakiku agar tak pergi.
Apa Kau menikmati kecupannya? Bibir yang sama kemarin memohon kesempatan kedua dan memulai dari awal lagi.
Semua yang Kau kira telah menjadi milikmu adalah apa yang tersisa dariku.

Apa kau bahagia dengan semua itu?
Sebelum menjawabnya...
Maafkanlah Aku,
Selalu memberimu bekasanku
Cinta, pria, bahkan ssttt.., pakaian dalam yang sedang Kau pakai saat ini.

Setelah ini, Aku yakin akan sulit bagimu tersenyum lebar lagi,
Aku kalah darimu dan menyerah.
Namun Kau kalah dua kali, tak akan pernah jadi yang pertama. yang kedua bangga dengan merasa berhasil merebut apa yang kutinggalkan, sisa-sisa.

Apa Kau betul menikmati jadi penghianat?
Apa rasanya dua kali jadi perempuan kedua?

hari ke-17

Tuesday 15 January 2013

Sepucuk Surat

maaf, aku lupa gambar ini tempo hari google dapat dari mana :(



Kulipat kertas berwarna biru langit di kedua tanganku,, kertas surat yang sudah bernoda kuning di beberapa bagiannya, namun warna birunya masih teduh, seperti langit cerah pagi hari, atau warna yang dipantulkan tenangnya air laut..
Tapi tulisan di sana, melebihi gemuruh gelombang lautan yang menerjang pantai dan mampu menghancurkan apapun di daratan dengan satu kali sapuan, lebih menyakitkan mata dibanding cahaya matahari di musim panas yang coba engkau tatap.

Sekarang tubuhku ibarat es krim di luar mesin pembeku makanan, mencair..
Seakan-akan Matahari yang dulu engkau puja sebagai sumber hidup dan cahaya, sekarang makin mendekat bukan untuk membuatmu hangat, namun membuatmu lenyap.


"... Aku tak akan pulang, tugasku sudah selesai. Kamu boleh meminjam nama belakangku untuk anak Kalian. Untuk anakmu yang tak sempat diakui ayahnya. Tapi jangan minta Aku melakukan lebih dari ini. Aku sudah memaklumi orang ketiga untuk yang pertama kali di antara kita. Tapi sulit bagiku berdamai dengan orang ketiga untuk yang kedua kali. Hiduplah dengan bahagia. Selamat tinggal".

Surat ini cukup jelas bagiku, meskipun tintanya sudah mulai melebar tak karuan. Aku masih bisa membacanya, merasakan sakit saat ia ditulis, dan perih ketika ia dibaca.
Sepertinya hatiku saat ini ribuan kali lebih rapuh. Tepatnya, hatiku ini bukanlah lagi di tepian jurang. Aku jatuh. Dan remuk.


#Harike-3
Lia
Sent from BlackBerry® on 3