Tuesday 15 January 2013

Sepucuk Surat

maaf, aku lupa gambar ini tempo hari google dapat dari mana :(



Kulipat kertas berwarna biru langit di kedua tanganku,, kertas surat yang sudah bernoda kuning di beberapa bagiannya, namun warna birunya masih teduh, seperti langit cerah pagi hari, atau warna yang dipantulkan tenangnya air laut..
Tapi tulisan di sana, melebihi gemuruh gelombang lautan yang menerjang pantai dan mampu menghancurkan apapun di daratan dengan satu kali sapuan, lebih menyakitkan mata dibanding cahaya matahari di musim panas yang coba engkau tatap.

Sekarang tubuhku ibarat es krim di luar mesin pembeku makanan, mencair..
Seakan-akan Matahari yang dulu engkau puja sebagai sumber hidup dan cahaya, sekarang makin mendekat bukan untuk membuatmu hangat, namun membuatmu lenyap.


"... Aku tak akan pulang, tugasku sudah selesai. Kamu boleh meminjam nama belakangku untuk anak Kalian. Untuk anakmu yang tak sempat diakui ayahnya. Tapi jangan minta Aku melakukan lebih dari ini. Aku sudah memaklumi orang ketiga untuk yang pertama kali di antara kita. Tapi sulit bagiku berdamai dengan orang ketiga untuk yang kedua kali. Hiduplah dengan bahagia. Selamat tinggal".

Surat ini cukup jelas bagiku, meskipun tintanya sudah mulai melebar tak karuan. Aku masih bisa membacanya, merasakan sakit saat ia ditulis, dan perih ketika ia dibaca.
Sepertinya hatiku saat ini ribuan kali lebih rapuh. Tepatnya, hatiku ini bukanlah lagi di tepian jurang. Aku jatuh. Dan remuk.


#Harike-3
Lia
Sent from BlackBerry® on 3

No comments: