Wednesday 30 January 2013

Apa Rasanya Dua Kali Jadi yang Kedua?

Apa rasanya menjadi yang pertama?
Adalah pertanyaan yang tak akan pernah bisa dijawab oleh perempuan sepertimu.

Apa rasanya dikenalkan sebagai kekasih atau calon istri, pada keluarga dan sahabatnya dengan nada bangga, mungkin juga tak akan bisa Kau jabarkan kebahagiaannya.
Kau tak akan bisa menjawab hal-hal yang tak pernah Kau rasakan, tak pernah bisa Kau alami dan sepertinya tak akan ada kesempatan lain lagi.

Apa rasanya memakai pakaian bekasku?
Menyiapkan makan malam di dapur hasil sentuhan tanganku dan menggunakan perabotan yang semuanya pilihanku?
Apa kau juga kagum dengan isi lemari pakaian lelaki yang menyimpanmu?
Kemeja, celana panjang, dasi, kaos kaki bahkan pakaian dalam yang sering Kau pasang dan lepaskan dari tubuhnya, itu juga pilihanku.
Apa Kau suka ketika tangannya menyentuhmu? Tangan yang sama ia gunakan untuk menahan kakiku agar tak pergi.
Apa Kau menikmati kecupannya? Bibir yang sama kemarin memohon kesempatan kedua dan memulai dari awal lagi.
Semua yang Kau kira telah menjadi milikmu adalah apa yang tersisa dariku.

Apa kau bahagia dengan semua itu?
Sebelum menjawabnya...
Maafkanlah Aku,
Selalu memberimu bekasanku
Cinta, pria, bahkan ssttt.., pakaian dalam yang sedang Kau pakai saat ini.

Setelah ini, Aku yakin akan sulit bagimu tersenyum lebar lagi,
Aku kalah darimu dan menyerah.
Namun Kau kalah dua kali, tak akan pernah jadi yang pertama. yang kedua bangga dengan merasa berhasil merebut apa yang kutinggalkan, sisa-sisa.

Apa Kau betul menikmati jadi penghianat?
Apa rasanya dua kali jadi perempuan kedua?

hari ke-17

Tuesday 15 January 2013

Sepucuk Surat

maaf, aku lupa gambar ini tempo hari google dapat dari mana :(



Kulipat kertas berwarna biru langit di kedua tanganku,, kertas surat yang sudah bernoda kuning di beberapa bagiannya, namun warna birunya masih teduh, seperti langit cerah pagi hari, atau warna yang dipantulkan tenangnya air laut..
Tapi tulisan di sana, melebihi gemuruh gelombang lautan yang menerjang pantai dan mampu menghancurkan apapun di daratan dengan satu kali sapuan, lebih menyakitkan mata dibanding cahaya matahari di musim panas yang coba engkau tatap.

Sekarang tubuhku ibarat es krim di luar mesin pembeku makanan, mencair..
Seakan-akan Matahari yang dulu engkau puja sebagai sumber hidup dan cahaya, sekarang makin mendekat bukan untuk membuatmu hangat, namun membuatmu lenyap.


"... Aku tak akan pulang, tugasku sudah selesai. Kamu boleh meminjam nama belakangku untuk anak Kalian. Untuk anakmu yang tak sempat diakui ayahnya. Tapi jangan minta Aku melakukan lebih dari ini. Aku sudah memaklumi orang ketiga untuk yang pertama kali di antara kita. Tapi sulit bagiku berdamai dengan orang ketiga untuk yang kedua kali. Hiduplah dengan bahagia. Selamat tinggal".

Surat ini cukup jelas bagiku, meskipun tintanya sudah mulai melebar tak karuan. Aku masih bisa membacanya, merasakan sakit saat ia ditulis, dan perih ketika ia dibaca.
Sepertinya hatiku saat ini ribuan kali lebih rapuh. Tepatnya, hatiku ini bukanlah lagi di tepian jurang. Aku jatuh. Dan remuk.


#Harike-3
Lia
Sent from BlackBerry® on 3