Wednesday 7 November 2018

Sore ini hujan turun dengan deras
Suaranya riuh rendah seperti lengkingan anak-anak bermain di taman kota saat sore menjelang
Suara yang terdengar saat semua berebut ingin jadi yang pertama, pertama kali main ayunan, seluncuran, bahkan jungkat jungkit, tak ada yang mau mengalah. Jikalaupun ada, itu dibarengi dengan mata berkaca atau isak tangis bahkan jeritan kecewa dan marah.
Menjatuhkan diri ke lantai seraya meronta-ronta.
Semua ingin menikmati kesenangannya terlebih dahulu, sepantasnya keinginan anak kecil.
Sama seperti air hujan yang sedang kupandangi, mereka seakan berlomba-lomba mencapai tujuannya lebih dulu, jadi yang pertama menyentuh tanah.

Sedangkan aku hanya mampu tersenyum getir memandangi mereka
Aku juga pernah menjadi anak kecil seperti itu
Bahkan sampai sekarang, aku, juga banyak yang lain ingin menjadi yang pertama.
Bahkan setelah usia bertambah tak lagi pantas disebut kanak-kanak, keinginan malah bertambah
Aku dan orang-orang yang seharusnya mampu berpikir dewasa ini menambah pelik semuanya
Selain ingin jadi yang pertama, juga ingin jadi yang terakhir.

Seakan itu belum cukup membuat patah hati, menjerit, meraung, bahkan mampu menangis berdarah-darah, keinginan itu pun bertambah lagi; ingin menjadi satu-satunya.

Hujan makin deras, setelah sekian lama akhirnya hanya terkalahkan oleh suara tangisku yang pecah juga.

L, 070918

No comments: