Tuesday 7 July 2015

Ramadan Dan Beberapa Hal Yang Melintasi Pikiran

Apakah kita tidak merasa ada yang salah dengan keyakinan kita saat menjalani apa yang kita yakini dengan setengah hati?
Bulan puasa saat kita berlatih menahan napsu selain lapar dan haus juga mengendalikan diri belum apa-apa sudah ribut soal minta dihormati mereka yang tak berpuasa. Padahal yang jika Allah berkenan dengan puasanya dengan ibadahnya, siapa yang masuk surga?

Dengan hadiah surga yang tak terkatakan indahnya apa mungkin ujiannya gampang?
Ya, ga mungkin.
Kalau gampang hadiahnya mungkin cuma voucher belanja 50 ribu atau setrikaan atau dispenser.
Mau?

Dengan kebahagiaan di akhirat apakah kita masih mau mengurangi kesempatan itu dengan marah, dengki, merasa tak dihargai, merasa paling suci, paling benar, merasa puasa dan ibadahnya yang paling disuka dan diterima Allah
Lalu menuding orang lain sampai mengatakan mereka kafir?
Apa kalian lupa ada perempuan yang menjalani kodratnya dan terpaksa tak berpuasa. Ada ibu dan bapak lain yang tetap harus berjualan demi mencari rejeki untuk anak-anaknya.
Kita yang harus menguatkan iman agar tak mudah tergoda bujuk rayu, lalu apalagi sampai ngatain negara kita ga islami.
Lahhhhh
Indonesia memang bukan negara islam
Kebetulan saja di sini mayoritas penduduknya beragama islam

Seharusnya bangun sahur itu kesadaran diri sendiri
dan kita ga perlu merepotkan saudara kita yang lain untuk berkeliling menabuh gendang atau apapun untuk mengingatkan
sehingga mengurangi waktu yang seharusnya bisa mereka pakai untuk berdoa atau beristirahat malah berkeliaran di jalan untuk mengingatkan saudaranya yang lain sahur agar puasanya kuat, ga berasa lapar-lapar banget atau haus-haus amat. Juga membuat mereka harus sahur di jalan.
Apakah menganjurkan orang untuk berbuat kebaikan berarti kita juga harus membiarkan orang tersebut merugikan dirinya sendiri. Demi meraih pahala, katanya.

Ini bulan puasa, bukankah seharusnya kita juga menahan rasa ingin menganggap orang lain yang berbeda adalah lebih rendah dari kita?
Apakah demi berbuka puasa kita harus mencuri start saat lampu kuning menuju hijau, menekan klakson sekuatnya dan menyalip kendaraan kanan kiri tanpa harus berpikir lagi apa ini akan berbahaya, lalu berteriak memaki pada kendaraan yang dianggap menghalangi kita menerobos lampu 'satu detik lagi merah'
Apakah kemanusiawian yang kita agungkan juga harus menjadi tameng saat melakukan hal tak pantas dan mencoreng muka sendiri?

Ini bulan puasa
Di mana segala bentuk cobaan terasa berlipat-lipat ganda sulitnya.
Namun lupa menghitung nikmat yang lagi dan lagi kita nikmati tanpa henti

Ini bulan puasa
Di mana kata 'kafir' terdengar dan terbaca lebih sering ketimbang kata yang menyejukan hati.
Menumbuhkan bibit kebencian jauh lebih gampang daripada menanam bibit ketulusan

Ini bulan Ramadan dan sepertinya aku masih jauh dari kata mendapat hidayah
Ramadan yang seperti inikah yang membuatmu rindu?
Ramadan seperti inikah yang membuatmu sedih ketika akan berakhir?

Diselesaikan 16 Juli 2015
(L)

No comments: