Thursday, 22 December 2022

20.12.23.30

do heaven really need you?
cause i do need you more.
i am sad because we only meet twice this year, all of them when you were sick
sad because I already go when you get better
sad because we can't even have one video call
sad because I can't fly and talk to you again
sad because i can't even meet you again when i'm comeback.
I'm sad because I can't talk and listen to Oum's advice anymore, I can't make a joke anymore, I can't mention you anymore.
when i said i don't wanna be or try to be good, just wanna be happy. then you always told me to be better than i was, more patient, don't afraid to learn something new, don't think too much about what other people think, just do good anytime anywhere, no need to explain, because world need it, because we are good people.
but why you lie to me?
why you lie to me?
now you lied.
you said you will always be there when i need you, and will always listen and read all my stories.
why you leave me?
do you really think that i'm gonna be ok, here?
you said i need to learn to trust people again, but even you can't keep your promises.
i hate people who can't keep their promises.
i don't know how to forgive you.
i don't even know how to explain and how to deal with this kind of loss anymore.
how much wall i need to build to never feel something like this anymore?
how to say goodbye to someone who's already gone?

221222
23.32

Wednesday, 12 December 2018

Sudah menuju akhir tahun
Namun aku masih patah hati

Entah kenapa rasa sakit yang tak bisa kumengerti ini datang setiap November dan biasanya usai di awal bulan Desember, sekarang memperpanjang masa berkunjung

Rasa sakit yang tak jelas sebabnya

Kukira karena merasa usahaku mencapai bobot tubuh ideal yang tak terlalu sukses, namun belakangan kusadari alasannya bukan itu

Aku bahkan tak memiliki atau dimiliki siapapun yang bisa kujadikan alasan patah hati

Tidak juga soal kehilangan karena sesungguhnya aku tak memiliki apa-apa

Ada yang tak pada tempatnya, entah itu apa

Rasanya aku melupakan sesuatu yang berharga tapi jika begitu penting kenapa aku tak bisa mengingatnya?

Patah hati yang salah, karena bagaimana caranya patah jika sebenarnya kau sudah remuk nyaris jadi debu?

Kini ingin meluapkan semua kegelisahan dalam tangis pun aku tak mampu

Lagu-lagu sedih dan patah hati sebatas membuat senyum getir tak lebih

Rasa yang entah apa dan karena apa, harus kuadukan pada siapa?


Lalu kosong di dalam sini harus kuisi dengan apa?


L, 121218

Monday, 12 November 2018

Selamat Hari Ayah

Linimasa ramai dengan ucapan, "selamat hari ayah."

Sejak pagi hingga petang bermunculan foto orang-orang bersama ayahnya disertai ucapan bahkan kisah yang bisa membuat semua orang tersenyum. Senyuman getir atau haru mungkin juga turut bahagia.

Baru kusadari hampir setengah jam aku duduk di teras membaca semua cerita yang ada. Aku memutuskan untuk masuk dan mandi. Kulihat dinding ruang tamu, tak ada foto keluarga. Menghela napas panjang aku melangkah ke kamar dan meletakkan tas sekolah di samping lemari jati warisan kakek pada ibu, lemari yang tetap kokoh meskipun tampak usang dan berdebu, waktu memang bisa mengubah apa saja.
Raut wajah, lingkungan, benda, suasana hati.
Seperti kebahagiaan masa-masa awal hidupku yang berubah menjadi rasa sakit yang bertahun-tahun kurasakan, diam-diam. Karena aku tak ingin ibu bersedih dan menjadi sebab tangisannya juga. Aku tak ingin melihat ia menangis, apalagi tak ada yang ia minta dariku kecuali tetap bergembira. Setelah apapun yang terjadi dan semua upaya ia lakukan demi membuat aku tersenyum dan tertawa. Hidup tanpa kekurangan. Tanpa beban. Membuatnya menangis adalah salah satu dosa besar.

Kuputuskan untuk melakukan sesuatu, mengirim pesan. Hal yang tak pernah ingin aku lakukan setidaknya setelah melihat apa yang ia lakukan pada ibu dengan mata kepalaku sendiri. Kuraih ponselku dan mengetuk lambang surat di sana dan mulai mengetik, "selamat hari ayah."
Lalu sebelum kutekan tanda panah untuk mengirim pesan, kutambahkan kata-kata untuk memperjelas statusnya, "selamat hari ayah, pengkhianat."


L, 121118

Wednesday, 7 November 2018

Sore ini hujan turun dengan deras
Suaranya riuh rendah seperti lengkingan anak-anak bermain di taman kota saat sore menjelang
Suara yang terdengar saat semua berebut ingin jadi yang pertama, pertama kali main ayunan, seluncuran, bahkan jungkat jungkit, tak ada yang mau mengalah. Jikalaupun ada, itu dibarengi dengan mata berkaca atau isak tangis bahkan jeritan kecewa dan marah.
Menjatuhkan diri ke lantai seraya meronta-ronta.
Semua ingin menikmati kesenangannya terlebih dahulu, sepantasnya keinginan anak kecil.
Sama seperti air hujan yang sedang kupandangi, mereka seakan berlomba-lomba mencapai tujuannya lebih dulu, jadi yang pertama menyentuh tanah.

Sedangkan aku hanya mampu tersenyum getir memandangi mereka
Aku juga pernah menjadi anak kecil seperti itu
Bahkan sampai sekarang, aku, juga banyak yang lain ingin menjadi yang pertama.
Bahkan setelah usia bertambah tak lagi pantas disebut kanak-kanak, keinginan malah bertambah
Aku dan orang-orang yang seharusnya mampu berpikir dewasa ini menambah pelik semuanya
Selain ingin jadi yang pertama, juga ingin jadi yang terakhir.

Seakan itu belum cukup membuat patah hati, menjerit, meraung, bahkan mampu menangis berdarah-darah, keinginan itu pun bertambah lagi; ingin menjadi satu-satunya.

Hujan makin deras, setelah sekian lama akhirnya hanya terkalahkan oleh suara tangisku yang pecah juga.

L, 070918

Monday, 24 September 2018

Tak Ada Sunrise Hari Ini

Pagi datang begitu tiba-tiba
Dan aku masih menangisi malam

Sunrise tak muncul pagi ini
Karena semua tiba-tiba terang benderang
Mana lukaku
Mana lukamu

Kemudian hidup menjadi abu-abu saja
Semua yang seharusnya kau ingat namun memilih lupa
Apa-apa yang pernah membuat bahagia kau memilih mengingat-ingat luka
Matahari tak berbelas kasih
Memperlihatkan semua wajah di balik topeng selama ini
Meski demikian jelas adanya, semua berbalik menjadi hanya kesalahanmu

Sunrise tak muncul pagi ini
Ia menunjukkan meski tanpa keindahan matahari sudah selayaknya tetap bersinar, meski sendiri, meski malam pasti datang lagi.


L, 24 Sep 18

Mengenai Rasa Sakit

Mengenai rasa sakit

Semua orang hanya berkutat pada penyebab dan lukanya sendiri.
Tanpa mau peduli dengan luka yang dialami orang lain.
Tanpa memahami tak ada akibat tanpa sebab
Tak ada asap jika tak ada api

Aku luka dan memilih diam
Mengobati sendiri
Berharap seiring waktu luka kan mengering dan hilang tanpa bekas, sama seperti luka akibat terjatuh ketika kecil dulu.

Terluka dan memilih untuk menyakiti orang lain, menghibur diri sendiri bahwa dengan demikian dendam terbalaskan. Hanya menambah luka lain yang lebih dalam.
Memupuk kebencian atas dasar yang bahkan tak pernah disadari menjadi salah satu asal muasalnya.

Mengenai rasa sakit
Semua orang bisa memilih banyak cara untuk menyembuhkannya
Namun dari sekian banyak cara, kenapa memilih membalas menghancurkan hidup orang lain sebagai obat?



L, 24 Sep 2018

Saturday, 1 September 2018

Pintu ke mana saja

Ingin rasanya punya pintu ke mana saja.
Meski pintu itu tak bisa menuju hatimu
Setidaknya aku punya tujuan lain, tempat di mana aku bisa sembunyi dari ketakutanku sendiri bahwa aku kan patah tanpamu
Pintu ke mana aku bisa menguburkan semua rindu
Tempat nyaman yang bisa kusebut rumah


Jika aku punya pintu ke mana saja
Aku tak perlu menjadikanmu tujuan hidupku lalu menghabiskan waktu dengan berandai-andai padahal mungkin aku tak pernah ada di matamu
Aku tak perlu terus mengkhawatirkanmu karena aku sibuk memikirkan tempat baru yang akan kudatangi
Lalu aku lupakanmu seiring berjalannya waktu


Seandainya aku bisa memiliki pintu ke mana saja
Tak dapat menghabiskan usia bersamamu bukanlah sesuatu yang menyedihkan lagi
Karena kupunya banyak tempat untuk menghabiskan waktu dan sisa hidupku.
Karena ku sudah memiliki cara lain menikmati hari tanpamu.


Sayangnya pintu ke mana saja hanya fiksi
Perasaanku padamu yang nyata
"Tanpa berani mengungkapkan apalah artinya rasa?" Kata mereka
"Rasanya benar ada. Benar padanya.
Hanya kubiarkan ia memilih apa yang membuatnya bahagia." Jawabku.


Entah lelah....
Entah aku berhasil berpura-pura tak apa dan menjiwainya.
Tentang dirimu kubelajar arti kata rela, hingga tak perlu merasa luka yang tak sudah-sudah.


L, 010918